Kemarin
aku usil membaca tulisan tulisan galau di blogmu. Disitu aku membaca tulisan
yang paling atas dan paling segar yang berjudul "Tepat di hari ke 23 semenjak
pertemuan pertama kita" . Hatiku sedikit tergelitik membacanya, baru ku
ketahui perempuan yang duduk disampingku di dalam bus antar kota begitu indah
memainkan imajinasinya. Aku mrmbacanya perlahan dari kata pertama hingga kata
terakhir yang tertulis "dan yang paling sering kamu buat menunggu"
aku
sedikit tersinggung jika lelaki yang kamu maksud itu adalah aku.
Bukankah aku selalu mengatakan bahwa kesibukanku disini untuk hal yang positif.
Aku tidak pernah mengabaikanmu seperti yang kamu bilang didalam tulisanmu. Bukankah
selalu ku katakan, aku berbeda dengan lelaki lain. Mungkin kamu terbiasa dekat
dengan lelaki yang memiliki banyak waktu untuk sekedar menelponmu atau menjemputmu
kuliah.
Bahkan
kemarin setelah aku membaca tulisanmu, ditengah istirahat makan siang kusempatkan
meraih telepon genggamku untuk menelponmu. Suara lembutmu diseberang sana
sebenarnya cukup membuatku semangat kuliah dijurusan yang tak pernah kuingini ini. Ku
dengar kamu mulai mendakwaku dengan berbagai pernyataan. Katamu, kamu bukan
prioritasku. Katamu, aku memiliki orang yang lebih aku prioritaskan untuk aku
beri kabar. Dan katamu lagi, aku selalu mengabaikanmu dan mulai menjauhimu
secara perlahan.
Hey
gadis yang 23 hari lalu duduk disebelahku di dalam bus antar kota, aku tidak
memiliki niat sedikitpun untuk menjauhimu. Bukankah kamu tahu aku bukan lelaki seperti
itu. Suaramu semakin tak lembut membuat amarahku memuncak. Dengan tega ku
katakan padamu, prioritasku bukan kamu melainkan pasien. Iya, pasien lah prioritas
utamaku. Dididik dengan dididikan yang semi militer membuatku memiliki
semangat membara untuk mendharmakan baktiku sepenuhnya untuk NKRI. mengabdikan diriku untuk kesembuhan orang lain. tanpa harus kukatakan pasti kamu sudah mengerti bukan.
Diseberang
telepon kudengar kamu sesenggukan, iya pasti kamu menangis. Maaf, ucapku lirih
padamu. Aku meminta maaf padamu jika aku tidak pernah mengerti kamu, mengerti
hatimu. Namun bukankah 23 hari adalah waktu yang sangat singkat untuk mendoktrin
bahwa kamu menaruh hatimu padaku ? Aku tidak yakin pada cinta pada pandangan
pertama. Karena cinta pada pandangan pertama kuanggap sebagai suatu
ketertarikan sesaat.
Maaf
jika aku selalu membuatmu menunggu sekali lagi aku minta maaf. Maaf jika selama
ini kamu bukan prioritas utamaku. Namun, bukan berarti kamu tidak penting. Kamu
sangat penting. Sepagi mungkin kamu selalu membangunkanku, mengajakku untuk
sholat dan tak pernah lupa mengingatkanku makan. Kamu seorang ahli gizi, kamu
selalu mengaturku dalam hal makanan. Katamu, aku harus banyak makan sayur dan
mengkonsumsi buah-buahan bervitamin C untuk daya tahan tubuh. Kamu selalu
bilang aktivitasku yang padat dapat dengan mudah menjadikan daya tahan tubuhku
menurun. Katamu lagi, bagaimana bisa aku menjadi pelayan dan merawat orang lain jika tubuhku lemah. Katamu bagaimana bisa aku menyembuhkan orang lain sedangkan aku sendiri sakit. Kamu juga selalu mengingatkanku untuk tidak
makan makanan cepat saji kecuali jika keadaan memaksa.
Kamu
penting Ahli Giziku, perhatianmu selalu menjadi apa yang aku rindukan darimu. Aku
tidak sepandai kamu dalam menulis, namun dengan ini semoga kamu membaca dan
kamu lebih memahami keadaanku. Beri aku sedikit waktu untuk meyakinkan diriku
bahwa kamu adalah seorang perempuan yang dikirimkan oleh Tuhan untuk menjaga
hati seorang pelayan kesehatan sama sepertimu. Bersabarlah, ahli giziku.