Kamis, 04 Juni 2015

Masihkah Pantai Terasa Indah Jika Tanpamu ?



Deburan ombak di pantai adalah yang paling bisa menghadirkan bayangmu di memoriku. Bagaikan dipukul mundur, mengingat semua masih terasa indah. Berlari-lari kecil di pantai kala senja bersamamu adalah hobi baruku semenjak aku mengenalmu di dalam sebuah bus antar kota. Pria penyuka pantai dan pengagum senja yang mengajariku banyak tentang arti kehidupan. Membuat aku menjadi pecandu pantai sama sepertimu.
Katamu hidup tak hanya seperti pohon nyiur di tepi pantai yang hanya meneduhkan beberapa orang, kamu selalu menyuruhku untuk menjadi sebuah karang yang berdiri tegar meskipun ombak selalu berusaha mengikisnya. Kamu yang selalu mengatakan aku tak boleh manja meskipun aku terlahir sebagai anak semata wayang.
Kamu indah, seindah pesona senja di tepian laut. Duduk berdua denganmu ditepian pantai sembari menanti mentari hilang di garis cakrawala adalah salah satu favoritku. Aku menyukainya terlebih ketika sang mentari membuatmu memicingkan mata elangmu. Alismu yang tegas serta hidungmu yang macung. Ah, semua menjadi candu bagiku.
Suatu kemustahilan jika kamu menyuruhku melupakan semua tentangmu. Bukan aku tak bisa, namun tak ada sedikitpun terbersit niat untuk melakukannya. Bukankah kamu yang selalu meyakinkan aku atas semua keraguanku terhadapmu ? kamu meraih kedua tanganku, kau tatap mataku lekat lekat dengan mata elangmu seaakan kamu tak ingin kehilanganku ? katamu, kamu itu seperti sebuah perahu nelayan. Sejauh apapun angin melambungkan layarnya dan membawanya jauh ke laut lepas, angin selalu akan mengembalikannya pulang. Walau badai sekalipun, perahu tersebut akan berusaha untuk pulang karena ada kehangatan yang menantinya di daratan.
Kamu memang seperti sebuah perahu nelayan, namun untuk saat ini perahumu tak lagi membawa jarring namun perahumu membawa pukat harimau. Kamu menghancurkan, kamu menyakiti yang bahkan tak memiliki niat sedikitpun untuk menyakitimu. Kamu menyakiti yang bahkan dapat memeluk kehidupanmu. Sedang aku kini tak lebih dari sebuah ombak yang hadir hanya untuk menyapa pantai namun selalu bergulung kembali dan tak pernah bisa tinggal untuk memeluknya.
Kamu selalu berbicara tentang berbagai filosofi laut. Seakan laut dan pantai tak memiliki tangan untuk menyakiti hingga kamu melupakan satu hal, laut tak akan segan menggulung dan menyeretmu dengan gelombangnya.
Kamu lelaki yang mebuatku jatuh cinta dengan pantai dan juga lelaki yang membuatku paling benci dengan pantai. Untukmu lelaki penyuka pantai dan keindahan senja kutitipkan salam pada jutaan ribu pasir dilautan yang pernah menjadi saksi bisu segala cerita yang setiap detiknya sangat ku hargai sebagai cerita indah, ku titipkan salamku pada karang yang mencoba tetap tegar walaupun rindu semakin mengikisnya. Terima kasih telah mengenalkanku pada sepoi angin pantai yang membuatku terlena hingga tanpa sadar gulungan ombak menyeretku jauh ke laut lepas. Pesona pantai pun kini telah sirna, meninggalkan sebuah kenangan yang tersapu perlahan oleh gulungan ombak.   



Tidak ada komentar:

MY ACNE STORY PART 3 || SKINCARE ROUTINE UNTUK WAJAH BERJERAWAT

Waaa, panjang banget ya ceritanya ngelawan jerawat wkwk udah sampe part 3 segala. Ini mungkin adalah akibat dari aku yang dulu awal puberty...