Minggu, 14 Juni 2015

Tepat Hari ke 23 Sejak Pertemuan Pertama Kita



Alunan musik jalanan yang dilantunkan pengamen di dalan bus antar kota sore ini membuatku mengingatmu lagi. sinar matahari sore masuk menerobos tirai berwarna putih tulang yang lusuh disepanjang kaca. Hari ini tepat 23 hari aku mengenalmu. Belum lama memang, tapi rasa yang kamu ciptakan sungguh telah merebut ruang didalam hatiku.
Aku kangen kamu. Tiga kata yang terus menerus aku pendam semenjak 23 hari yang lalu. Kamu sama sepertiku, sama-sama mengabdikan dharma baktimu untuk ibu pertiwi. Aku mengerti betul bagaimana sibuknya kamu di sana. Kamu bukan lelaki yang bisa menjemputku sepulang kuliah seperti lelaki lain. Aku pahami itu, demi kebaikanmu dan masa depanmu aku rela bersabar. Hanya kamu hubungi 3x dalam sehari aku terima, kau bilang sibuk mengurus ini, sibuk kuliah pagi, tugas ini itu, askep dan segenap beban lainnya yang kamu pikul.
Pernah aku membaca dalam sebuah buku, bahwa tak ada obat lain selain bertemu ketika sedang merindu. Mungkin disini hanya aku yang merindu, tidak ada kata saling disini. Iya aku yang berjuang sendirian. Bukankah kamu memang tidak pernah mau tau tentang apa yang aku rasakan ? kamu selalu membiarkan aku mengais puing puing rindu sendirian. Meringis dalam sendu dan meratap dalam pilu.
Sadar memang, aku bukanlah siapa siapa untukmu. Mungkin hanya sebatas teman satu almamater yang tak lebih dan tak kurang. Namun salahkah jika ada perasaan lebih yang bergejolak dalam nurani untuk memilikimu ? menyentuhmu, menyatukan jemariku dalam ruas ruas diantara jemarimu adalah asaku. Bisakah kamu sedikit memahami membaca dan menafsirkan apa yang tersirat di dalam mataku  ?
Kamu pikir menahan sebuah rasa itu enak ? kamu pikir menunggu itu tidak menyesakkan ? kamu tidak tahu dan tidak akan pernah tahu begitu bodohnya aku menunggu sebuah kabar darimu. Yang mungkin telah ada yang lebih kamu prioritaskan. Lebih penting untuk kamu kirimi sebuah kabar. Tentu saja bukan aku jawabannya.
Apakah salah, dalan waktu sesingkat ini aku menaruh harap kamu memiliki rasa yang sama denganku ? Kadang lelah aku menunggu kabar darimu, sakit melihatmu  online di jejaring sosialmu namun kau abaikan pesan singkatku. Apakah ini yang dinamakan penolakan ? Apakah ini suatu pertanda bahwa aku bukanlah prioritasmu. Pasti ada diluar sana yang lebih menjadi prioritasmu. Sebagaimana keras usahaku untuk menemuimu, seberapa keras usahaku mencuri perhatian darimu tidak memungkinkan kamu untuk memilihku sebagai prioritasmu.
Seberapapun besar aku mengemis perhatian darimu kurasa semua tiada berguna, kamu lebih memilih menyerahkan seluruh perhatianmu kepada orang lain yang menurutmu dialah prioritasmu. Aku tau pendidikanmu mahal, aku mengerti betul dengan mudah kamu dapat mendapatkan gadis yang kau inginkan.
Aku ingin semuanya kembali ke awal kita berkenalan. Didalam sebuah bus antar kota. Aku sangat ingat betul, kamu memakai seragam khas hari rabu-kamis yang sama sepertiku hanya saja kerahmu berwarna kuning sedangkan aku bewarna biru lengkap dengan atribut sebuah kampus kesehatan. Sangat kuingat betul caramu memperkenalkan dirimu. Matamu tajam seperti elang, alismu begitu indah kamu terlihat tampan dengan balutan seragam dan senyum manismu.
Begitu renyah tawamu membuang kesan menyeramkan seperti yang aku takutkan ketika aku bersekolah dasar dulu. Ya, bagiku perawat itu menakutkan datang ke sekolah melakukan imunisasi dan membawa benda yang sampai saat ini aku takuti. Suntik. Kamu membuatku tidak bosan duduk berjam jam dalam bus yang telah usang dan pengap. Kamu begitu asik menceritakan kehidupanmu menjadi seorang perawat. Sesekali aku melirikmu untuk sekedar ingin melihat alismu yang membuatku jatuh hati.
Awalnya kamu pernah sangat hangat sebelum akhirnya kamu menjadi sangat dingin. Taukah, hati ini selalu berkecamuk saat kamu menghilang tanpa kabar. Maafkan aku yang selalu bersikap kekanakan mendakwamu untuk selalu memberiku kabar. Maafkan aku jika sikapku membuatmu merasa jenuh. Maafkan aku membuatmu merasa tak nyaman. Maafkan aku mengganggu pekerjaanmu. Maafkan aku yang selalu mengemis perhatian darimu. Dan maafkan aku hingga aku menulis seperti ini.
Tuan, tolong aku minta tolong kembalilah seperti dulu. Aku telah beku dengan dinginmu. Aku tak bisa dan tak tau bagaimana caranya berjalan mundur karena kurasa aku telah berjalan cukup jauh ke dalam duniamu. Tolong kak, jangan kamu suruh aku untuk mundur. Karena jika aku mundur aku takut tak akan bisa kembali lagi.
Kumohon, jujurlah kepadaku. Jangan buat aku terus menunggu dan menaruh harapan kamu akan menjemputku setelah kemarau ini berakhir. Aku terima kejujuranmu jika memang kamu telah memiliki seseorang yang kamu jadikan prioritas. Aku terima maksudmu bahwa kamu adalah orang yang setia adalah setia pada satu wanita yang kau sebut prioritasmu.
Jika kamu jujur, aku berjanji padamu tuan perawat tak usah kamu antarkan kembali pun aku telah tau bagaimana berjalan mundur dan berbalik arah. Hingga tak perlu kamu ajak aku berjalan hingga semakin jauh, dan semakin tersesat dalam liku-liku hatimu.
Siapakah wanita itu ? Siapakah prioritasmu, katakan padaku hingga aku tahu bagaimana caranya mencegah kakiku untuk melangkah menuju jurang yang sangat curam didepanku. Hingga kamu  tak perlu lagi mengobati apa itu luka dan tak perlu mendengar rintihan lara yang kamu timbulkan.
                                                                                                                Sincerely,
                                                                Seorang gadis yang sealmamater dengan kamu dan yang paling sering kamu buat menunggu.



Tidak ada komentar:

MY ACNE STORY PART 3 || SKINCARE ROUTINE UNTUK WAJAH BERJERAWAT

Waaa, panjang banget ya ceritanya ngelawan jerawat wkwk udah sampe part 3 segala. Ini mungkin adalah akibat dari aku yang dulu awal puberty...